Kebun Jeruk Jarak Padat di Cikidang
Kebun Jeruk Jarak Padat di Cikidang
Bila Anda berjalan-jalan ke Lembang, Bandung, sempatkan mampir di kebun Kleantha. Di sana ada 10,2 ha hamparan jeruk yang ditanam padat: 1,5 mx 2m dan 2m x 2m. Biasanya,5m x 5m.
Dompolan buah berwarna kuning kemerahan menyembul diantara hijau dedaunan sehingga memikat selera untuk memetiknya. Beberapa cabang
disangga bambu agar tidak melengkung ke tanah dan patah karena sarat buah. Semua itu karena "tangan dingin" sangpemilikyang merawat secara intensif.
Papan kayu bertuliskan "Kleantha" berdiri tegak tepat di gerbang kebun. Begitumasuk deretan400 jeruk lamtong langsung menyambut. Tanaman tertata rapi di areal seluas 2.000 m2 dengan jarak tanam 1,5 m x 2 m. Buah yang bergelantungan boleh dipetik dan dicicipi tamu yang datang. Rasanya manis agakasam. Kulit buah agaktebal sehingga sulit dikupas. Diduga lamtong adalah siem medan yang sudah diperbaiki kualitasnya di Thailand.
Nun di puncak bukit di belakang kebun, terhampar lahan jeruk produksi. Lokasi itu masuk wilayah Cikidang, sekitar 3 km dari pusat kota. Bekas kebun teh seluas 10 ha itu dibagi dalam 2 blok. Di selatan seluas 5 ha ditanami lamtong, sisanya frimong di utara. Keduanya ditanam dengan jarak rapat 2 m x 2 m
Semua berasal dari bibit okulasi asal sebuah kebun produksi di Sumedang. Lamtong dan frimong memang andalan kebun itu. Batang bawah yang digunakan RC asal Garut yang memiliki perakaran kuat. Saat Trubus berkunjung pada Oktober buah sudah selesai dipanen 2 bulansebelumnya. Namun, beberapa buah susulan seukuran bola pingpong masih bergelantungan. Itu dipanen sekitar Januari.
Padat = intensif
Penanaman jarak padat dipilih karena memberikan hasil per ha lebih banyak ketimbang jarak tanam normal, 5 m x 5 m. Misal untuk areal 2.000 m2 idealnya ditanami 80 pohon. Populasi di kebun Kleantha 400 pohon. Bila produksi pada panen perdana 10 kg/pohon maka diperoleh 4 ton buah. Normal 800 kg. Konsekuensinya tanaman perlu perawatan intensif. Pemupukan dan pemangkasan tajuk sangat penting agar produksi maksimal.
Deradja memanfaatkan campuran kotoran kuda, ayam, dolomit, dedakhalus, tepung tulang, sekam, dan tepung kedelai sebagai pupuk dasar. Pupuk difermentasi selama 9 minggu sebelum digunakan. Ke dalam setiap lubang tanam dibenamkan sekarung pupuk setara 50 kg.
Pupuk lanjutan berupa NPK dengan perbandingan 1 : 1 : 1,5 seusai panen. Untuk menggenjot pertumbuhan diberikan pupuk mikro Hydrocomplek, Tenso cocktail, atau Tenso Fe. Dosis sesuai aturan tertera pada label kemasan. Perawatan lain penyemprotan insektisida dan fungisida 2 minggu sekali. Secara berkala cabang dan ranting tidak produktif dipangkas supaya bentuk tanaman tetap kompak ke atas. Dengan begitu tajuk tidak saling ber-singgungan.
Dengan perawatan intensif tanaman berumur 2 tahun sudah berbuah. "Saya sudah merasakan 3 kali panen. Begitu selesai panen, muncul buah baru. Kelebihan itu yang saya suka," kata Deradja. Pada panen pertama diperoleh 5 kg/pohon. Panen berikutnya meningkat 2 kali lipat; ke-3, 30 kg/pohon.
Sayang di jarangkan
Saat ini umur tanaman rata-rata 3 tahun sehingga tajuk mulai bersinggungan. Saking padatnya, "Untuk masuk di sela-selatanamansajasusah,"tuturpenggemar anggrek itu. Makanya tanaman perlu dijarangkan.
Caranya, dengan menebang setiap bans bersalang-seling ke arah horizontal dan vertikal. Menurut perhitungan pemilik toko pertanian di Pasar Panorama Lembang itu jumlah populasi yang tersisa 100 pohon. Tanpa penjarangan dikhawatir-kan produksi merosot karena persaingan mencari makan lebih ketat.
Namun, ia menunda penjarangan lantaran produksi cukup tinggi; 30 kg per pohon. Ayah 2 anak itu berencana mem-pertahankan tanaman sampai berumur 5 tahun. Setelah itu pohon dijarangkan atau ditebang semua. "Toh, waktu itu sudah balik modal dan untung," katanya.
Pria kelahiran Lembang 49 tahun silam itu malah sudah mencicipi untung sejak panen pertama. Pasalnya, untuk perawatan selama tahun pertama ia tidak me-ngeluarkan uang sepeser pun. Pembiayaan kebun diperoleh dari hasil menanam pakcoy, kol merah, dan kentang di sela-selajeruk. Wajarjika sekali panen jeruk langsung memberi untung.
Pemasaran hasil tidak menjadi masalah. Pengepul akan datang sendiri ke lahan memborong semua hasil panen. Harga borongan Rp4.000/kg. Boleh jadi kemudahan pemasaran itu lantaran para pedagang jeruk di Bandung dan Jakarta sudah lama menjadi kolega. (Nyuwan SB)
*) disadur dari Majalah Trubus