Lautan Srikaya Sarat Buah di Pakchong
Lautan Srikaya Sarat Buah di Pakchong
Wuih... betapa menakjubkan! Pohon setinggi rata-rata 1,5 m
digelayuti30—40 buah srikaya seukuran 2 kepalan tangan. Di
sudut Pakchong, Provinsi Nakhon Ratchasima, itu Nucharee
Saipanvittaya mengelola 15.600 pohon srikaya australia di lahan
300 ha. Pertumbuhan tanaman seragam. Ke mana pun pandangan
diarahkan yang tampak hanya lautan srikaya sarat buah.
Pantas jika kebun srikaya itu menjadi percontohan bagi pekebun lain. Tak berlebihan juga bila calon pekebun magang beberapa pekan di farm Nucharee. Maklum, Pakchong memang sentra srikaya di Thailand. Itu tampak dari jalan menjelang kebun Nucharee. Di kiri dan kanan jalan sepanjang 4 km Trubus menyaksikan hamparan perkebunan srikaya.
Farm Nucharee dikunjungi rombongan agrowisata Trubus pada hari pertama beberapa bulan silam. Begitu tiba di lokasi, 26 peserta berjalan menyusuri lorong— area kosong di antara 2 lajur penanaman. Kebun tampak resik. Di bawah kanopi berbentuk membulat praktis tak ada gulma. Buah-buah matang menghiasi ranting yang menjulur ke sana ke mari.
Matang pohon
Buah mulus, tampak ranum. Siapa mampu menahan keinginan untuk menikmati? "Boleh nggakya, mencicipi?" tanya Ir Abdul Muas Msi sembari mengelus pangkal buah. Peserta dari Sulawesi Selatan^ im mengurungkan niat memetik srikaya barang sebuah setelah panitia melarang. Namun, rasapenasaranterjawab. Beberapa buah berpenampilan bagus tergeletak di bawah tajuk akhirnya diambil. Saking matangnya buah jatuh dari ranting.
Dengan kedua tangan mudah saja buah dibelah menjadi 2 bagian. Kulit tipis membungkus daging buah putih bersih. Rekan-rekannya merubung ingin me-ngetahui rasa buah yang menebarkan aroma harum itu. "Manis?", tanya seorang rekan. Ketika mulut menguyah, Muas tak mampu menjawab pertanyaan itu.
Namun, berkali-kali ia menganggukkan kepala pertanda buah sangat manis. Serta-merta mereka pun mengikuti jejak Muas: memungut buah di bawah tajuk. Buah jatuhan itu tetap berpenampilan prima. Setelah mereka merasakan lembutnya daging buah, hmm...betapa manisnya.
Bibit gratis
Itulah hasil kerja keras lajang 40 tahun mengembangkan anggota famili Annonaceae. Perempuan itu mengembangkan Annona squamosa sejak 5 tahun silam secara bertahap. Penanaman pertama pada 1997 sebanyak 6.000 bibit; 2 tahun kemudian membudidayakan 8.000 bibit. Pengembanganterakhir pada 2000 tercatat 1.600 bibit.
Nucher tak harus merogoh kocek untuk membeli bibit. Pasalnya, Dinas Pertanian setempat mengimpor dari Australia, memperbanyak, dan menye-diakan gratis untuk calon pekebun. "Petani juga dibimbing, diberi pengarahan cara budidaya, bahkan pemasaran," ujar Penpimoi Deesuan, staf Dinas Pertanian Pakchong.
Puas berkeliling kebun peserta berkumpul di sebuah bangunan sederhana berukuran sekitar 11 m x 10 m di tepi lahan, Bangunan itu terbagi 2 masing-mastng ruang terbuka—tanpa dinding— dan gudang tempat menyimpan sarana produksi. Tiga buah traktor berwarna oranye tampak di sisi gudang. Di ruang terbuka itulah Nucharee menyambut kcdatangan rombongan.
Terjual di kebun
Sembari mengumbar senyum perem-puan yang mengenakan paduan celana panjang hitam dan hem blue jeans itu menuturkan, "Swasdee, khrap (selamat datang, red) di kebun kami." Kedua tangannya mengatup dan ditempelkan di dada sebagai tanda rasa normal. Sarjana ekonomi itu menjelaskan singkat teknoiogi budidaya srikaya australia. Sekitar 5—10 kg pupuk kandang dibenamkan di setiap lubang tanam. Jarak tanam 4 m x 6 m sehingga populasi 400 tanaman per ha.
Soalnya, srikaya australia meng-hendaki tanah kaya hara. Menurut Nucharee waktu penanaman paling pas menjelang musim hujan. Oktober saat pemupukan. Buah siap panen 45 hari setelah tanaman berbunga. Dari 3 kali pengembangan, baru 8.000 tanaman yang berproduksi. Penanaman terakhir sebanyak 1.600 tanaman—saat ini berumur 2 tahun—belum menghasilkan. Nucharee memprediksi pada tahun depan tanaman itu bakal mcnyusul berbuah.
Tanaman berumur 3 tahun yang baru belajar berbuah hanya menghasilkan 5 kg per tahun; 5 tahun, 20 kg. Produksi terus meningkat hingga tanaman berumur 12— 15 tahun dan akhirnya menurun hingga umur 20 tahun. Dengan umur tanaman beragam setiap tahun rata-rata dituai 160 ton. Dari hasii penjualan itu laba bersih yang diraup Nucharee mencapai Rp287-juta per tahun atau hampir Rp24-juta per bulan.
Ia mudah saja memasarkan srikaya. Pengepul mendatangi kebun saat panen tiba. Produksi Nucharee mengisi berbagai pasar lokal di Thailand seperti Simumaeng, Mahanang, Otoko, Talatai, dan Pakchong. Sementara ekspor ke Singapura dan Hongkong saat ini tengah dijajaki. (Sardhi Duryatmo)
*) disadur dari Majalah Trubus