Nestle Ingkar Janji
Nestle Ingkar Janji
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Peternak sapi perah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/10),
memerah susu. Walaupun dikepung gedung tinggi, puluhan peternak sapi perah
tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhan susu pelanggan mereka.
/
Artikel Terkait:
* Harga Beli Nestle Turun, Peternak Sapi Perah Tertekan
Rabu, 15 April 2009 | 09:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perusahaan pengolah susu, PT Nestle Indonesia,
kembali menurunkan harga pembelian susu dalam negeri. Hal ini dinilai
mengingkari kesepakatan yang telah dibuat antara industri pengolahan susu
dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Wilayah Jawa Timur
Sulistyanto di Pasuruan, Jatim, Selasa (14/4), mengungkapkan, kebijakan
Nestle menurunkan harga beli susu akan membuat harga di tingkat peternak
sapi perah turun.
Saat ini harga beli susu Nestle ke GKSI sebesar Rp 3.485 per kilogram.
Namun, per 21 April Nestle menurunkan harga pembelian Rp 300 per kg
sehingga menjadi Rp 3.185 per kg.
Harga pembelian itu belum termasuk biaya transportasi dan penanganan
(handling). Dengan memperhitungkan biaya transportasi dan handling, harga
susu di tingkat peternak dipastikan di bawah Rp 2.900 per kg atau di bawah
titik impas susu segar yang mencapai Rp 2.900 per kg.
Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana menyatakan, penurunan harga
beli susu Nestle adalah pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat
industri pengolah susu (IPS) dengan GKSI.
Nestle adalah satu dari lima perusahaan pengolah susu besar di Indonesia
yang tergabung dalam IPS. Anggota IPS lainnya adalah PT Ultra Jaya, PT
Frisian Flag, PT Sari Husada, dan PT Indomilk-Indolakto.
Teguh menegaskan, keputusan Nestle menurunkan harga beli susu dikhawatirkan
akan berdampak pada iklim usaha peternakan sapi perah dan industri susu di
Indonesia.
Nestle setiap hari menyerap 500.000-540.000 liter susu segar, atau sekitar
80 persen susu yang dihasilkan peternak di seluruh Jatim. Sekitar 50 persen
produk susu segar nasional dihasilkan Jatim.
Menurut Head of Public Relation PT Nestle Indonesia Brata T Hardjosubroto,
keputusan Nestle menurunkan harga beli susu produk dalam negeri untuk
mempertahankan volume penjualan. Selain itu, demi kelangsungan usaha Nestle
dan menjaga kemampuan perusahaan untuk terus menyerap produk susu segar
dalam negeri
Menurut Brata, dengan harga yang berlaku kini, peternak sapi perah
menikmati harga susu segar 50 persen lebih tinggi dibanding tiga tahun
lalu. Alasan lain, saat ini harga susu dunia sedang jatuh.
Namun, laporan Agricultural and Applied Economics, UW Madison, menyatakan,
harga susu bubuk skim di pasar Eropa sejak 7 Maret 2009 terus naik. Pada 21
Maret, harga susu bubuk skim 2.090 dollar AS per ton dan pada 4 April naik
menjadi 2.140 dollar AS per ton.
Dua kali dalam lima bulan
Dengan menurunkan harga beli susu kali ini, dalam tempo kurang dari lima
bulan Nestle telah menurunkan harga beli susu dua kali, yakni pada 11
Desember 2008 dan yang akan berlaku efektif 21 April 2009.
Keputusan Nestle menurunkan harga beli susu segar dalam negeri dilakukan
justru setelah ada kesepakatan antara IPS dan GKSI pada 16 dan 25 Februari
2009.
Isi kesepakatan itu, antara lain, tidak akan ada lagi penurunan harga beli
susu dari peternak, sampai ada kesepakatan lebih lanjut terkait kontrak
kerja sama jual-beli susu antara IPS dan GKSI.
Meski kedua belah pihak telah sepakat menandatangani kontrak jual beli susu
dalam negeri, hingga Selasa (14/4) kontrak itu belum terealisasikan. Malah
yang terjadi, Nestle menurunkan harga beli susu.
Ketua Koperasi (susu) Suka Makmur di Grati, Pasuruan, Gaga Prayuda
menyatakan, turunnya harga beli susu akan memberatkan peternak karena saat
ini harga pakan ternak terus naik. Harga bekatul, ampas tahu, rumput, dan
ampas tapioka terus naik sehingga menambah biaya produksi susu segar.
MAS
Sumber : Kompas Cetak